KORAN-FAKTA.ID – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut menggelar pertemuan dengan para Koordinator Imunisasi (Korim) dari 67 Puskesmas di Kabupaten Garut, di Aula Sabda Alam Hotel, Jalan Cipanas, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Senin (31/07/2023). Pertemuan membahas pengenalan vaksin baru, yaitu Vaksin Rotavirus (RV) dan Vaksin Human Papillomavirus (HPV). Acara ini diikuti oleh entitas kesehatan lain secara virtual, menghadirkan Konsultan Imunisasi dari World Health Organization (WHO) Indonesia, Wildan Mochamad Ridho, sebagai narasumber.
Menurut Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Garut, Asep Surachman, Vaksin Rotavirus ditujukan untuk mencegah diare pada balita dan akan diberikan tiga kali pada usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan dengan pemberian 5 tetes setiap imunisasinya. Sedangkan Vaksin HPV ditujukan untuk mencegah kanker serviks rahim pada wanita dan diberikan dua kali pada anak perempuan usia kelas 5 dan kelas 6.
“Ini (Vaksin HPV) diberikan pada anak perempuan usia kelas 5 dan diulang lagi nanti kelas 6, (jadi) ini diberikan 2 kali usia kelas 5 diulang lagi tahun depannya pada usia kelas 6 pada siswa SD perempuan,” ujar Asep.
Asep Surachman, mengungkapkan rencananya Pemerintah Kabupaten Garut akan melakukan kick-off imunisasi RV dan HPV pada tanggal 9 Agustus 2023 di semua pelayanan kesehatan, baik Puskesmas maupun klinik swasta. Setelah kick-off, imunisasi akan menjadi rutin dan dilaksanakan di semua fasilitas kesehatan, termasuk Posyandu.
“Kick off 9 Agustus semua pelayanan kesehatan baik di pemerintahan dalam hal ini Puskesmas maupun klinik swasta, bergerak untuk memberikan pelayanan vaksinasi yang nanti ini masuk ke dalam imunisasi rutin dan lanjutan,” ungkapnya.
Asep juga menjelaskan urgensi pemberian Vaksin RV dan HPV ini mengingat tingginya kasus diare pada bayi (sekitar 10.2%) dan kanker serviks pada wanita dewasa (sekitar 9.6%) di Indonesia. Dengan adanya vaksin baru ini, diharapkan masyarakat tidak perlu khawatir dan takut lagi. Terlebih, vaksin ini diberikan dalam bentuk ditetes untuk Vaksin RV dan disuntikkan untuk Vaksin HPV.
“Yang meninggal cukup lumayan tinggi ya lumayan cukup tinggi angka serviks itu dia hampir 6% meninggal karena kanker serviks itu sendiri,” lanjutnya.
Asep menambahkan, kalau dilakukan vaksinasi anti kanker serviks secara mandiri biayanya cukup mahal, tentunya ini vaksi asi massal nanti harus disambut dengan gembira (oleh) masyarakat, apalagi penyakit-penyakit yang selama ini menyebabkan kematian, terutama pada perempuan kanker serviks bisa dicegah dengan sedini mungkin,”
“Dengan dilakukan penyuntikan pada anak usia kelas 5 dan kelas 6 anak perempuan ya, HPV,” tandasnya. (*)
Editor: J Wan