KORAN-FAKTA.ID – Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMD) Kabupaten Garut, Erwin Rianto Ramdani, membuka kegiatan pelatihan yang digelar oleh Hasna Medica terkait Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi operator kendaraan Desa Siaga. Acara ini berlangsung di Aula Kantor DPMD, Jalan Otista, Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat, pada Sabtu (22/06/2024).
Sekdis DPMD Garut, Erwin, mengatakan bahwa kegiatan ini adalah hasil kolaborasi antara Klinik Medica Hasna, salah satu klinik khusus jantung, untuk mensosialisasikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi operator mobil siaga desa. “Kegiatan ini adalah kolaborasi antara DPMD dan Klinik Medica Hasna untuk mensosialisasikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi operator mobil siaga desa,” ujarnya.
Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah prosedur penanganan bagi penderita atau orang yang mengalami serangan jantung. Maka dari itu, yang diundang hari ini adalah para operator (sopir) ambulans Desa Siaga untuk memahami bagaimana menangani situasi tersebut,” lanjutnya.
Sekdis DPMD Garut, Erwin, mengucapkan terima kasih kepada Klinik Medica Hasna yang telah bersedia bekerjasama dengan DPMD dalam hal pemberdayaan dan pemerintahan desa agar masyarakat menjadi lebih tenang dan sehat, serta penanganan serangan jantung khususnya dapat cepat diatasi. “Saya sangat berterima kasih kepada Klinik Medica Hasna yang telah bersedia bekerjasama dengan DPMD untuk menangani pemberdayaan dan pemerintahan desa, agar masyarakat lebih tenang, lebih sehat, dan penanganan serangan jantung dapat cepat teratasi,” harapnya.
Sementara itu, Kasubag Humas Klinik Medica Hasna, Asep Jamhur, mengatakan bahwa kegiatan ini memang sudah diprogramkan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat melalui pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD). “Jadi kegiatan ini inisiatif dari Klinik Medica Hasna bekerjasama dengan DPMD, dan saat ini baru 50 operator driver mobil desa yang mengikuti kegiatan ini,” ucapnya.
Ia menjelaskan bahwa materi pelatihan ini lebih berfokus pada bantuan hidup dasar, bagaimana penanganan kegawatdaruratan ketika ada pasien yang mengalami henti jantung (serangan jantung). Ia pun mengakui bahwa saat ini belum semua operator mobil siaga desa memahami penanganan tersebut.
“Jadi ini sebagai awal penanganan sebelum diantarkan ke rumah sakit, sehingga ada penanganan secepatnya,” tambahnya.
“Dengan adanya kegiatan ini, kami berharap para operator mobil siaga desa ini betul-betul memahami bagaimana penanganan ketika ada henti jantung dengan melakukan BHD dan hasil dari kegiatan ini bisa ditularkan ke operator lainnya juga termasuk ke masyarakat,” pungkasnya. (J Wan)