KORAN-FAKTA.ID – Memiliki sekitar 25% perhutanan sosial yang dikelola oleh 48 kepala keluarga petani kopi, Desa Rancasalak Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, mampu menghasilkan sekitar Rp70 juta per tahun per keluarga. Keberhasilan ini yang kemudian desa ini menjadi model dalam pemanfaatan perhutanan sosial.
Kepala Desa Rancasalak, Budi Muhamad Raharja, menerangkan melalui pemanfaatan perhutanan sosial ini pula, ia melakukan upaya regenerasi petani kopi yang menjadi kebanggaan desanya, dengan dimulainya Sekolah Lapang, di mana siswanya tidak hanya dari Desa Rancasalak saja, tapi juga dari desa-desa lain yang ada di Kabupaten Garut.
“Sepertinya tidak aneh banyak kopi di desa lain, iya, tapi kami dari mulai petik, dari mulai jemur, dari mulai tanam, dari mulai seduh itu tersedia di desa kami, ini yang menjadikan ikon Desa Rancasalak, ini yang menjadikan petani kopi di kami sangat sejahtera,” papar Budi dihadapan Tim Penilai dari Provinsi Jawa Barat, termasuk Penjabat (Pj.) Bupati Garut, Barnas Adjidin, Jum’at (21/6/2024).
Selain itu, Desa Rancasalak memiliki produk lokal asli berkualitas, berupa tas yang mampu memperkerjakan 216 orang, baik itu sebagai penjahit maupun penjual tas, yang menghasilkan pendapatan mencapai Rp2.97 Miliar per tahun.
Tidak hanya di situ, desa ini kini memiliki Rumah Amal, di sebagai tempat bagi warga Rancasalak untuk bersedekah dengan sasaran keluarga yang tidak mampu.
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam Rumah Amal ini mulai dari bantuan warga yang sakit hingga melakukan pembayaran bagi jaminan kesehatan masyarakat yang belum tercover oleh pembiayaan dari pemerintah.
Tiga unggulan inilah yang kemudian Desa Rancasalak berhasil masuk 3 besar dalam Lomba Desa Kelurahan (Lomdeskel) tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2024. Kunjungan Tim Penilai dari Provinsi Jawa Barat inilah untuk menentukan juara pertama Lomdeskel tingkat provinsi yang akan mewakili Jawa Barat dalam penilaian tingkat nasional.
Tim penilai disambut oleh Penjabat (Pj) Bupati Garut, Barnas Adjidin, dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Garut, serta diiringi kesenian tradisional seperti dodombaan dan silat.
Bagi Kepala Desa Rancasalak Lomdeskel adalah pembelajaran berharga bagi desanya untuk maju dan sejahtera. Tiga inovasi unggulan; pengelolaan sumber daya hutan lestari, produk lokal asli berkualitas, dan budaya serta tradisi warga adalah sebuah bukti upaya pemerintahan desa dan masyarakat meraih predikat terbaik.
“Ini tiga unggulan yang ada di desa kami, dan ini mudah-mudahan menjadi rekomendasi bapak penilai dari tingkat provinsi untuk kami menjadi juara, juara, juara,” harapnya.
Pj. Bupati Garut, Barnas Adjidin, menyatakan bahwa Lomdeskel adalah ajang penting untuk menilai pembangunan desa. Ia berharap semangat gotong-royong Desa Rancasalak dapat memotivasi desa lain.
“Dan kita berharap berlomba itu menang, tapi walaupun kalah sebetulnya kita sudah sangat terhormat karena sudah (masuk) 3 besar tingkat provinsi,” ujar Barnas.
Ia berharap tim penilai dapat melaksanakan tugasnya sebaik mungkin dan objektif, di mana harapan besarnya Desa Rancasalak bisa menjadi desa berpredikat terbaik dan mewakili Provinsi Jawa Barat dalam penilaian Lomdeskel di tingkat nasional.
Kepala Bidang Bina Desa DPDM Provinsi Jawa Barat, Asep Nandang Rasadi, menyatakan bahwa Lomdeskel bertujuan mengevaluasi perkembangan desa dan kelurahan dari berbagai aspek, dan berharap hasilnya dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain.
“Desa Rancasalak masuk di 3 besar tingkat Provinsi Jawa Barat, hal ini tentu bukan hal yang mudah, ini dimulai dari tahap klarifikasi dokumen, expose di Provinsi Jawa Barat, dan selanjutnya kita klarifikasi (lapangan) di tingkat desa,” ucapnya.
Di tempat yang sama, Ketua Tim Penilai Lomdeskel Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2024, Bayu Rakhmana, menjelaskan bahwa penilaian dilakukan berdasarkan aspek administratif, kewilayahan pemerintahan, dan kemasyarakatan. Selain Desa Rancasalak, desa yang masuk 3 besar adalah Desa Cikawung, Kabupaten Indramayu, dan Desa Sukatani, Kabupaten Purwakarta. Bayu menyatakan bahwa penilaian lapangan bertujuan menggali sisi positif dari peserta.
“Jadi tolong disampaikan hal-hal yang positifnya, terus juga hal-hal yang sifatnya bisa memberikan gambaran bahwa Desa Rancasalak ini bisa menjadi yang terbaik di Jawa Barat dan menjadi terbaik di nasional,” katanya.
Klarifikasi lapangan ini juga diharapkan bisa menjadi momen para peserta untuk membuktikan hal-hal yang telah diekspose kepada tim penilai. Begitupun dengan capaian yang telah diraih oleh Desa Rancasalak bisa memotivasi desa-desa sekitar.
Dengan prestasi ini, Desa Rancasalak diharapkan menjadi juara dan mewakili Jawa Barat di tingkat nasional, serta menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat (*)